JVS Group – Puluhan juta orang di seluruh dunia telah menggunakan vape untuk membantu diri sendiri agar berhenti merokok. Alasan selanjutnya yakni adalah karena vape merupakan cara yang menyenangkan sebagai pengganti nikotin, daripada yang lain. Orang tidak hanya merokok untuk mendapatkan nikotin saja, namun juga merokok karena mereka menikmatinya.
Jika satu-satunya alasan mengapa orang merokok adalah untuk memuaskan hasrat nikotin mereka, merokok akan punah segera setelah permen karet nikotin pertama muncul di pasar. Vape bekerja karena menjembatani kesenjangan antara merokok dan bentuk tradisional pengganti nikotin.
Beberapa orang di dunia masih ada yang menganggap vaping tidak menyenangkan seperti yang seharusnya. Orang-orang itu menemukan bahwa mereka mengalami sakit tenggorokan karena vaping atau vaping membuat mereka batuk. Sakit tenggorokan atau batuk saat vape sama sekali tidak normal dan itu bisa menyedot mengurangi semua kesenangan saat menggunakan vape.
Untuk pengalaman vape terbaik dan menyenangkan dalam setiap tarikan. Dalam artikel ini, akan memberikan beberapa saran yang dapat membantu menemukan akar masalahnya. Disini akan menjelaskan cara menyembuhkan sakit tenggorokan akibat vape dan juga akan membahas kemungkinan akar penyebab batuk saat melakukan vape. Serta hal yang dapat Anda lakukan untuk membuat vape lebih menyenangkan seperti seharusnya.
Berikut penyebab batuk dan sakit tenggorokan saat menggunakan vape:
Daftar Isi
- 1 Kadar Nikotin Dalam Liquid Terlalu Tinggi
- 2 Menggunakan Jenis Nikotin yang Salah
- 3 Menggunakan Rasio VG/PG yang Salah
- 4 Batuk Vape Bisa Sebagai Efek Samping Berhenti Merokok
- 5 Tidak Menggunakan Gaya Menghirup yang Ideal Selama Pemakaian
- 6 Anda Tidak Cukup Minum Air Saat Vape
- 7 Power Vape Disetel Terlalu Tinggi
Kadar Nikotin Dalam Liquid Terlalu Tinggi
Agar Anda dapat menikmati vaping semaksimal mungkin, sangat penting agar kandungan nikotin dari liquid cukup tepat untuk kebutuhan. Jika kekuatan nikotin terlalu rendah, Anda tidak akan menemukan kepuasan vaping, tetapi dapat dengan mudah memperbaikinya dengan lebih sering menggunakan vaping atau dengan beralih ke kadar nikotin yang lebih tinggi.
Namun, jika kandungan nikotin terlalu tinggi, Anda mungkin tidak dapat melakukan vape sama sekali karena akan batuk atau mengalami sakit tenggorokan saat mencoba menghirup uapnya. Apakah vaping menyebabkan mengalami sakit tenggorokan yang bahkan lebih hebat dari yang Anda rasakan saat merokok? Sangat mungkin bahwa kadar nikotin terlalu tinggi.
Menggunakan Jenis Nikotin yang Salah
Liquid vape terdiri dari dua jenis yakni freebase dan saltnic. Dalam penggunaan dan penerapan, saltnic memiliki kadar nikotin lebih tinggi digunakan untuk device POD. Liquid dengan kadar nikotin rendah biasanya menggunakan jenis freebase. Jika demikian halnya di tempat Anda tinggal, Anda harus memilih jenis nikotin yang paling menyenangkan dan memuaskan bagi Anda.
Beberapa orang menemukan bahwa liquid freebase kekuatan kadar nikotin tinggi menyebabkan sakit tenggorokan atau membuat mereka batuk. Jika itu yang Anda rasakan, cobalah liquid saltnic pada device POD. Liquid Freebase kurang basa daripada nikotin freebase, banyak orang menganggapnya cenderung lebih halus.
Menggunakan Rasio VG/PG yang Salah
Gliserin nabati (VG) dan propilen glikol (PG) adalah dua bahan yang digunakan untuk membuat liquid vape. Dalam sebotol liquid vape biasa, hanya sekitar 10-15 persen isinya adalah rasa dan nikotin. Selebihnya yakni perpaduan antara VG dan PG. Keduanya memiliki sifat yang berbeda . VG cenderung menghasilkan awan uap yang lebih besar, sementara PG adalah pembawa rasa yang lebih baik.
Karena VG dan PG keduanya memiliki karakteristik yang diinginkan, liquid cenderung mengandung campuran keduanya. PG memang memiliki satu karakteristik, namun, yang tidak dinikmati sebagian orang: ia cenderung menciptakan sensasi yang sedikit gatal di tenggorokan.
Beberapa orang mengartikan sensasi itu sebagai sensasi pada tenggorokan yang memuaskan. Namun, yang lain menafsirkannya sebagai rrasa sakit pada tenggorokan. Jika Anda termasuk dalam kelompok kedua, harus mempertimbangkan untuk mencoba liquid dengan persentase VG yang lebih tinggi. Bahkan mungkin untuk menemukan liquid yang tidak mengandung PG sama sekali.
Anda bisa membeli liquid yang cocok di toko Jualvape JVS Group. Tim JVS akan memberitahu kandungan PG VG tiap liquid serta kandungan nikotin didalamnya. Dengan begitu kemungkinan mendapatkan liquid sesuai keinginan yang nyaman digunakan akan semakin cepat.
Batuk Vape Bisa Sebagai Efek Samping Berhenti Merokok
Banyak vapers baru membuat komitmen bahwa mereka akan berhenti merokok selamanya segera setelah mereka membeli perangkat vaping pertama. Namun, perokok jangka panjang sering mengalami peningkatan batuk saat pertama kali berhenti merokok.
Itu sering benar bahkan bagi mereka yang beralih langsung dari merokok ke vape. Batuk yang meningkat terjadi karena silia di paru-paru menjadi lebih aktif ketika tidak lagi mengisi paru-paru Anda dengan asap. Paru-paru segera mulai bekerja untuk membersihkan tar, dan itu menyebabkan Anda batuk.
Dengan mengingat hal itu, “batuk vape” yang terjadi ketika pertama kali berhenti merokok mungkin sebenarnya tidak ada hubungannya dengan vaping sama sekali. Jika khawatir, batuk mungkin merupakan tanda masalah yang lebih serius, harus berbicara dengan dokter. Jika tidak, kemungkinan besar tidak perlu khawatir. Batuk akan mereda setelah beberapa hari.
Tidak Menggunakan Gaya Menghirup yang Ideal Selama Pemakaian
Salah satu hal terpenting yang perlu diketahui ketika berbelanja kit vape pertama adalah bahwa perangkat vaping dapat dirancang untuk menghirup dari mulut ke paru atau langsung ke paru-paru. Tanpa terlebih dahulu mengetahui gaya menghirup. Dalam hal ini, Anda dapat menemukan bahwa vape membuat Anda batuk karena karakteristik aliran udara perangkat tidak sesuai dengan gaya menghirup Anda. Pilihan terbaik adalah membeli perangkat vaping yang dirancang untuk gaya menghirup sesuai.
Anda Tidak Cukup Minum Air Saat Vape
Salah satu karakteristik yang dimiliki gliserin nabati dan propilen glikol adalah keduanya bersifat humektan, yakni keduanya menarik dan menjebak kelembapan. Karena VG dan PG memiliki sifat itu, beberapa orang menganggap bahwa vaping terkadang cenderung membuat mereka merasa dehidrasi. Dehidrasi tentu saja bisa menyebabkan mengalami sakit tenggorokan saat melakukan vaping.
Jika mengalami gejala dehidrasi lain saat vaping, seperti mulut kering atau bibir pecah-pecah, ada kemungkinan tidak mendapatkan cairan sebanyak yang Anda butuhkan. Untungnya, ada cara mudah untuk memperbaikinya: yakni jangan lupa minum dengan lebih banyak dai biasanya.
Baca: Kandungan Nikotin yang Diserap Tubuh Dari Rokok atau Vape
Power Vape Disetel Terlalu Tinggi
Alasan terakhir mengapa saat menghisap vape membuat sakit tenggorokan atau membuat batuk adalah karena tingkat power perangkat disetel terlalu tinggi. Memiliki mod vape dengan power yang dapat disesuaikan adalah hal yang bagus jika Anda seorang vaper tingkat lanjut karena ini memberi kemampuan untuk menyesuaikan pengalaman vaping dan menikmati kehangatan dan intensitas yang di inginkan.
Kekurangan dari penggunaan perangkat vaping dengan watt yang dapat disesuaikan, adalah mungkin untuk mengatur watt terlalu tinggi sehingga memberikan rasa tidak nyaman. Setiap kumparan vape memiliki kisaran daya yang disarankan dalam watt yang terukir di sisi casingnya. Anda juga akan menemukan kisaran watt yang disarankan untuk koil vape di kotaknya.
Produsen menguji koil untuk tangki vape mereka untuk menentukan rentang daya di mana mereka dapat beroperasi dengan nyaman. Meskipun Anda mungkin tergoda untuk mengoperasikan tangki vape lebih tinggi dari rentang daya yang disarankan untuk mendapatkan awan uap besar, kenyataannya adalah cenderung membakar sumbu kumparan jika terlalu agresif dengan pengaturan power.
Baca: Rasa Liquid Vape & Beberapa Info Seputar Liquid
Kumparan vape yang terbakar tidak hanya memberi kualitas rasa yang buruk; itu juga sangat mungkin membuat sakit tenggorokan. Selalu pastikan bahwa mod vape diatur ke tingkat power dalam kisaran watt yang disarankan koil.